Sabtu, 11 Juli 2009

TITIK FUTUR (lemahnya iman) SEORANG MUSLIM

 
Saya ingat betul Ucapan seorang ulama salaf dan menjadi keyakinan aqidah seorang muslim bahwa Iman itu bisa bertambah dan bisa berkurang, bisa naik bisa turun, sadar atau sadar kita pasti kita pernah mengalaminya sebagaimana iman seorang manusia paling sempurnapun pernah futur, beliau adalah Nabi Muhammad, beliau juga pernah mengalami futur, pasti ada bedanya futurnya Nabi dengan futur kita (terutama saya)


1. Nabi Muhammad pernah futur, namun beliau cepat bangkit dari futurnya. Dalam surat Al Baqaroh ayat 214, Allah SWT berfirman :

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۖ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّىٰ يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَىٰ نَصْرُ اللَّهِ ۗ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ [٢:٢١٤]



“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”.


Tingkat futur Rasulullah dan para sahabat sampai pada mempertanyakan datangnya pertolongan Allah yang tidak kunjung datang. Lalu Allah menjawab bahwa pertolongan Allah itu pasti datang, sehingga jawaba Allah tersebut membangkitkan kembali semangat beliau untuk berjuang.


Apa bedanya Futur yang saya rasakan dengan yang dirasakan rasul atau sahabat? Bedanya besar dan banyak, ketika saya merasa futur kita akan merasa malas untuk melakukan ibadah dengan Allah, malas menggaji, membaca kitab-kitab agama, yang ada dalam dada adalah pertanyaan-pertanyaan yang makin melemahkan keyakinan muslim, membuat semakin jauh terperosok dalam jurang futur ini,

Ketika kita sedang mengalami futur maka semua yang ada adalah melemahkan kita saja, hanya karunia Allah saja yang dapat menolong dan usaha yang lebih keras dari kita, sungguh berat perjuangan bangkit dari futur ini, ada beberapa tahap bagaiamana saya bisa bangkit dari futur ini, buka perkara mudah karena sebenarnya kita tau kalau kita sedang futur tapi dalam hati kita selalu beralasan ini wajar, dan ketaatan dan keimanan harus bertahap dan pelan-pelan! Namun sadarkah kita kalau ini justru semakin melemahkan iman kita (dalam hal ini saya)? Sadar atau tidak sadar nyatanya semakin membuat kita akan terlena dengan kelemahan itu dengan mengangapnya kewajaran semata!, Berapa banyak contoh semisal yang dapat kita jumpai didunia nyata disini? banyak dan banyak sekali, Ketika seorang Muslimah yang belum menutup auratnya (padahal ia tahu betul dalil dan kewajibannya), Ketika seorang Muslim yang belum bisa menjaga jarak dan hubungannya dengan lawan jenis yang belum muhrim (sedang ia tahu dalil dan keharusan dalam hal ini), ketika seorang tau tentang keutamaan meninggalkan rokok, keutamaan tentang tidak isbal, keutamaan jenggot, namun ketika pertanyaan atau hal itu terbesit dalam otak atau terdengar ditelinga kita, kita selalu beralasan dan berdalih segala macamnya, Demi allah hanya Dia yang dapat menuntun kita kembali, Dia yang menguasai hati kita, tiada daya dan upaya kecuali atas kehendak-Nya.

Sadarlah semua alasan itu adalah batil, jangan sampai kita masuk dalam 2 kelompok manusia dalam hal ini

a) Kelompok pertama adalah orang yang beralasan tidak melaksanakan kewajiban karena ketidak mampuan (padahal ia belum berusaha dengan maksimal), ini adalah termasuk orang yang Menyepelekan syariat-Nya walaupun ia tidak berniat demikian,

b) Kedua adalah orang yang secara jelas menolak syariat karena alasan tidak relevan atau alasan semisal.


Futur yang saya rasakan ini sedikit banyak dapat saya ambil pelajaran darinya dan itu banyak berhubungan dengan kehidupan pribadi dan perilaku hidup yang saya jalani akhir-akhir ini, ketika dalam kehidupan pribadi banyak bergejolak, terlalu banyak waktu yang tersita dalam pekerjaan, jarang menghadiri kajian rutin, jarang mendengarkan kajian, terlalu banyak mendegarkan dan melihat hal-hal yang melenakan seperti televisi musik, faktor-faktor ini yang menjadikan penyakit ini semakin menjadi,

Semoga hal ini bisa menjadi cambuk yang membuat saya semakin sadar, bahwa keislaman saya baru sampai dibibir pantai, masih banyak dan terlalu panjang samudera yang harus diarungi, harusnya saya tidak merasa cukup dengan apa yang saya ketahui dari lautan ini dan harus berpuas diri ketika hanya berdiri ditepi pantai dan mengetahui asinya air laut! Semoga saya termasuk orang yang TAMAK, orang yang tidak pernah merasa puas dengan ilmu agama dan ilmu yang bermanfaat yang lainya, sehingga tidak hanya berdiri ditepian pantai saja.


Akhirnya saya ingati pernah membaca sebuah artikel tentang nasehat futur, sibukan dirimu dalam dakwah seperti yang dilakukan Rasulullah, sehingga hanya akan ada sedikit waktu untuk futur, sibukan dirimu dalam ibadah, mungkin ini dapat saya tempuh dengan banyak-banyak meringkas pelajaran-pelajaran penting yang didapai dari berbagai sumber kemudian dibuat menjadi buletin masjid dikampung kelak, hidup atau berada dalam lingkungan yang menghidupkan dakwah, jangan suka menyendiri dan jangan terlalu suka bersama dan bergaul dengan lingkungan yang individualis dan hedonis.


Nur widiyyanto,

Surabaya, 8 Juli 2009

0 komentar:

CHAT BOX